Results for Pendidikan

Kode etik profesi keguruan

December 07, 2015

A.      PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu.

Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Gibson dan Mitchel (1995:449) menegaskan bahwa a code of ethics represents the profesional values of a profession translated into standarts of conduct for the memberships. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi yang diterjemahkan ke dalam standar perilaku anggotanya. Inti nilai profesional yaitu adanya sifat altruistis dari seorang profesional, mementingkan kesejahteraan orang lain dan lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat umum. Jadi nilai profesional utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

Nilai profesional seperti di atas disebut juga dengan istilah asas etis, yaitu landasan-landasan berpijak sebagai penopang perilaku etis. Canadian Code of Ethics, yang sering juga dikemukakan para ahli dengan istilah CCE (Chung, 1981) mengemukakan empat asas etis, yaitu: (1) respect for the dignity of ethics (menghargai harkat dan martabat manusia), (2) responsable caring (kepedulian yang bertanggung jawab), (3) Integrity in relationships (integritas dalam hubungan), dan (4) responsibility to society (tanggung jawab kepada masyarakat).

Jika kode etik itu dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman. Bahkan sebagai pedoman bagi masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara masyarakat dengan anggota profesi tersebut. Bias interaksi tersebut merupakan monopoli profesi, yaitu memanfaatkan kekuasaan dan hak-hak istimewa untuk melindungi kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dipahami jika Oteng Sutisna (1986:364) sampai mendefinisikan kode etik sebagai seperangkat pedoman yang memaksa perilaku etis para anggota profesi. Perangkat pedoman ini lebih eksplisit, sistematis, dan mengikat.

Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Pola, ketentuan dan aturan tersebut seharusnya diikuti, dan ditaati oleh setiap orang yang menyandang dan menjalankan profesi tersebut.

Keharusan dalam definisi di atas memperkuat suatu penafsiran bahwa jika anggota profesi tidak berperilaku seperti apa yang tertera dalam kode etik, maka konsekuensinya ia berhadapan dengan sanksi. Paling tidak sanksi dari masyarakat berupa lunturnya kepercayaan masyarakat kepada profesi itu, bahkan sampai hukuman pidana sekalipun.

Dalam Pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: (a) sebagai landasan moral dan (b) sebagai pedoman tingkah laku.

Dari uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di dalam masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan”.

Dalam penjelasan Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya kode etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat disimpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.


B.       TUJUAN KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979):

1.    Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga seringkali disebut kode kehormatan.

2.    Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

3.    Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4.    Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggora profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

5.    Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.


C.      FUNGSI KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

Pada dasarnya kode etik dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi profesi itu dan sebagai perlindungan bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu profesi. Fungsi kode etik seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan Mitchel (1995:449), namun mereka lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi bagi masyarakat pengguna profesi dalam meminta pertanggungjawaban jika ada anggota profesi yang bertindak di luar kewajaran sebagai profesional.

Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik, yaitu:

 (a) to protect a profession from goverment interference (melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah).

 (b) to prevent internal disagreements within a profession (mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi).

 (c) to protect practitioners in cases of alleged malpractice (melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi).

Susan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi kode etik tersebut sebagai berikut.
  1. Agar guru terhindar dari penyimpangan profesi, karena sudah adanya landasan yang digunakan mereka sebagai acuan.
  2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja dan masyarakat, jabatan profesi, dan pemerintah.
  3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada profesinya.
  4. Pemberi arah yang benar kepada penggunaan profesinya.

Secara umum dapat dirinci bahwa fungsi kode etik guru ialah:

  1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
  2. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
  3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
  4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
  5. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.

Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru dengan teman sejawat, peserta didik, orang tua peserta didik, pimpinan, masyarakat, dan dengan misi tugasnya. Jalinan hubungan tersebut dilakukan untuk kepentingan, terutama untuk kepentingan perkembangan siswa secara optimal. Secara jelas, jalinan hubungan itu diatur oleh kode etik.

Etika hubungan guru dengan teman sejawat menuntut perilaku yang kooperatif, mempersamakan, dan saling mendukung. Kompetisi yang agresif dan tidak sehat harus dicegah. Hubungan antar sejawat terutama terjadi dalam bentuk konsultasi dan referal (Oteng Sutina, 1986:364). Konsultasi merupakan kebiasaan untuk mengundang teman sejawat agar ikut serta dalam menganalisis kebutuhan peserta didik dan kemungkinan perencanaan bantuannya. Referal adalah proses penerusan bantuan seorang peserta didik (klien) kepada teman sejawat yang profesional atau penyandang profesi lain yang relevan untuk membantu pemecahan masalah dan mengembangkan diri peserta didik, tentu saja sesuai dengan karakteristik permasalahan yang dihadapi peserta didik. Misalnya ketika seorang guru mempunyai murid yang mengalami kesulitan belajar, yang kesulitannya di luar batas kemampuan guru itu, maka guru tersebut mengkonsultasikannya kepada guru lain. Kalau peserta didik perlu diberi layanan konseling, guru tersebut sebaiknya membuat referal kepada konselor sekolah/pembimbing, bahkan kalau masalahnya sudah menyangkut rekonstruksi psikologis, misalnya mengalami gangguan fungsi psikis, maka peserta didik tersebut sebaiknya direferal kepada psikolog, psikiater atau dokter dan sebagainya.

Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa helping relationship (Brammer, 1979), yaitu hubungan yang bersifat membantu dengan mengupayakan terjadinya iklim sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik. Hubungan ini ditandai oleh adanya perilaku empati, penerimaan dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan ketulusan, serta kekonkretan, dan kekhususan ekspresi seorang guru.

Etika hubungan guru dengan pemimpin di sekolah menuntut adanya saling mempercayai. Guru percaya bahwa pimpinan sekolah memberi tugas yang dapat dikerjakannya dan setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada imbalannya, paling tidak di akhirat kelak. Sebaliknya, pimpinan sekolah atau madrasah mempercayakan suatu tugas kepada guru karena keyakinannya bahwa guru tersebut akan mampu melaksanakannya sebaik mungkin. Dalam hubungan guru dengan pimpinan tersebut yang terpenting adanya tanggung jawab dari kedua belah pihak atas konsekuensi dari beban kerja itu. Yang harus diterima guru dari pimpinan sekolah adalah tugas kependidikan. Kalau dalam pelaksanaan ada masalah tentu perlu konsultasi. Manakala tugas telah dilaksanakan, guru memberi laporan. Jadi, isi utama hubungan guru dengan pimpinan sekolah adalah penerimaan dan pemberian tugas, konsultasi-supervisi, dan laporan-evaluasi.

Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan, misalnya mengadakan kerjasama dengan kalangan industri terdekat yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan, mengembangan jaringan PSG dengan perusahaan-perusahaan yang relevan dan pihak yang terkait lainnya.

Guru menghayati hubungan baik terhadap misi tugasnya sendiri, dengan berupaya meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya. Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan melalui pendalaman ilmu keguruan/kependidikan atau ilmu pengetahuan terkini, atau dengan cara melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi serta berpartisipasi dalam kegiatan keprofesian yang relevan. Peningkatan kinerja dapat diawali dari mencintai profesi kependidikan, sehingga profesi ini menjadi bagian dari hidupnya.


D.       PENETAPAN KODE ETIK

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa orang-orang yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut, tidak dapat dikenakan aturan yang ada dalam kode etik tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.

Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.


E.        SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik saja dari suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila halnya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.

Sebagai contoh dalam hal ini jika seseorang angggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang sesama anggota profesinya dan jika dianggap kecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan. Pada umunya karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa melanggar kode etik, akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi. Adanya kode etik dalam suatu organisasi profesi tertentu menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.


F.        KODE ETIK GURU INDONESIA

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut:

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta pada kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh kerena itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1.  Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

Ini mengandung pengertian bahwa perhatian utama seorang guru adalah peserta didik. Perhatiannya itu semata-mata dicurahkan untuk membimbing peserta didik, yaitu mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan terciptanya pembelajaran yang edukatif. Melalui proses inilah diharapkan peserta didik menjelma sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Manusia utuh yang dimaksud adalah manusia yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaninya, bukan hanya sehat secara fisik, namun juga secara psikis. Manusia yang berjiwa Pancasila artinya manusia yang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu mengindahkan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2.  Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

Kode Etik Guru ini mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan tugas profesi yang sesuai dengan kemampuannya. Ia tidak menunjukkan sifat arogansi profesional. Manakala menghadapi masalah yang ia sendiri tidak mampu mengatasinya, ia mengaku dengan jujur bahwa masalah itu di luar kemampuannya, sambil terus berupaya meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

3.  Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

Ini menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan informasi tentang peserta didik selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat, bakat, motivasi, kawan-kawannya dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada perkembangan peserta didik dan mempermudah guru dalam membimbing dan membina peserta didik tersebut.

4.  Guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat diterima peserta didik untuk berhasilnya proses belajar mengajar.

Kode Etik Guru keempat mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman dan membuat peserta didik betah belajar. Yang perlu dibangun antara lain iklim komunikasi yang demokratis, hangat dan penuh rasa kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi dan nepotisme.

5.      Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitar supaya terjalin hubungan dan kerjasama yang baik dalam pendidikan.

Kode Etik Guru ini mengangkat pentingnya peran serta orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya untuk andil dalam proses pendidikan di sekolah/ madrasah. Peran serta mereka akan terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan peserta didik, dan ini harus diupayaan sekuat tenaga oleh seorang guru.

6.  Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

Kode Etik Guru ini harus selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu serta martabat profesinya dan ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok.

7.  Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

Kode Etik Guru ini intinya menjalin kerja sama yang mutualisme dengan rekan seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan, biasanya mengikat para guru untuk bersatu dalam menyatukan visi dan misinya.

8.  Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu dari organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.

Kode Etik Guru ini yaitu “ Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana dalam perjuangan dan pengabdiannya.” Jika memang benar bahwa PGRI merupakan sarana dan wadah yang menampung aspirasi guru, sarana perjuangan dan pengabdian guru, maka taktik monopoli seprofesi guru oleh pengurus PGRI harus segera disudahi. Karena cara seperti itu hanya akan membuat guru semakin tidak berdaya, dan membuat citra masyarakat semakin negatif terhadap profesi ini. Justru sebaliknya, PGRI harus menjadi satu kekuatan profesi guru dalam menggapai harapannya. Organisasi ini seharusnya mampu menjembatani dan mengayomi aspirasi para guru, dan bahkan jika memungkinkan, PGRI harus mampu mengangkat harkat dan martabat guru yang semakin hari semakin cenderung terpuruk adanya.

9.  Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Kode etik ini didasari oleh dua asumsi, pertama karena guru sebagai aparatur negara (sepanjang mereka itu PNS), kedua karena guru orang yang ahli dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu sudah sewajarnya guru melaksanakan semua kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, selagi sesuai dengan kemampuan guru itu dan tidak melecehkan harkat dan martabat guru itu sendiri.


G.  PENERAPAN KODE ETIK GURU DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA

Penerapan kode etik guru dalam tugasnya begitu luas untuk dipaparkan secara keseluruhan, karena banyak masalah dan kendala yang dialami dalam melaksanakan tugasnya. Akan tetapi dalam bahasan ini pemaparan akan tugas utama sebagai guru yaitu:

1.  Multi Peran dan Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran

Tugas guru dalam profesinya bahwa guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi, muara dari kedua peran tersebut terjadi pada arena proses pembelajaran yang dengan tujuan, bahwa guru dapat menciptakan suasana dan situasi yang dapat diterima dalam belajar. Guru memainkan multi peran dalam proses pembelajaran yang diselenggarakannya dengan tugas yang amat bervariasi. Jika seorang guru telah berpegang dengan ketentuan dan amat bervariasi sehingga di dapatkan guru dapat mewujudkan suasana yang belajar dan mengajar.

Guru berperan sebagai manajer, pemandu, organisator, koordinator, komunikatif, fasilitator, dan motivator proses pembelajaran (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:262). Dengan versi yang agak berbeda Abin Syamsudin (1999) mengemukakan tujuh peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai konservator, inovator, transmitor, transformator, organisator, planner dan evaluator. Jika berpegang pada kedua pendapat tersebut, sedikitnya ada tiga belas peran dan tugas guru dalam sistem pembelajaran, yaitu sebagai konservator (pemelihara), inovator, transmitor, transformator (penerjemah), perencana (planner), manajer proses pembelajaran, pemandu, organisator (penyelenggara), koordinator, komunikator, fasilitator, motivator, dan penilai sistem pembelajaran.

2.  Penerapan Kode Etik Guru dalam Pelaksanaan Tugasnya

Pemahaman atas peran dan tugas guru, khususnya dalam pelaksanaan sistem pembelajaran seyogyanya menjadi kerangka berfikir (frame work) dalam bahasan tentang kode etik guru sebagaimana mestinya. Kode Etik Guru Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan AD/ART PGRI 1989. Kode etik guru sebagai pedoman bagi para guru dalam berperilaku sesungguhnya dapat diterapkan di dalam arena dan tahapan kegiatan pembelajaran. Bahkan, kalau ingin mendapat tempat di hati peserta didik, maka guru dipandang perlu berpegang teguh pada kode etiknya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Perilaku yang ditampilkan seorang guru harus mencerminkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kode etik guru itu, sehingga makna kode etik tersebut menjelma dalam perilakunya.

H.  PENERAPAN KODE ETIK GURU DALAM MASYARAKAT

Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang guru akan berinteraksi dengan masyarakat. Keterkaitan lain antara guru dan masyarakat bahwa guru berperan sebagai pendidik yang banyak bertanggung jawab dalam (1) memelihara sistem nilai, (2) penerus sistem nilai, (3) penerjemah sistem nilai. Masyarakat dengan pendidikan dapat ditinjau dengan 3 segi yaitu:

1.   Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.

2.   Masyarakat juga ikut andil dalam peran dan fungsi di lembaga kemasyarakatan secara langsung maupun tidak.

3.   Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun dimanfaatkan.

Paparan diatas menunjukan bahwa (1) Masyarakat merupakan tempat melaksanakan tugas keprofesian seorang guru, (2) masyarakat menjadi sumber belajar dan mendidik seorang guru, (3) masyarakat sebagai konsumen dan pengguna jasa dan hasil pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan seperti yang telah dipaparkan diatas, yaitu bahwa masyarakat merupakan pelanggan jasa pelayanan pendidikan dan pengguna hasil kependidikan.

Masyarakat dan Karakteristiknya

Masyarakat selalu mencakup kelompok-kelompok orang yang berinteraksi antara sesama, saling ketergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama. Karakteristik masyarakat umum perlu dipahami betul karena adanya keunikan atas suku bangsa, bahasa, dan lain sebagainya.

Pada umumnya ada 2 ciri umum keunikan masyarakat Indonesia yakni:

a.   Secara Horizontal, ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial atau komunikasi yang berbeda.

b.   Secara Vertikal, ditandai dengan perbedaan pola kehidupan mereka yang bermacam-macam.

Keunikan masyarakat ini, justru perlu di pandang sebagai potensi yang sangat bermanfaat dalam menunaikan tugasnya. Perbedaan itu adalah suatu kewajaran dan sekaligus kekayaan yang berharga. Selain itu seorang guru juga jangan gampang dalam menerapkan kode etik, karena akan dikhawatirkan guru akan mengalami future shock (keterkejutan masa depan), sebab di masa depan kemungkinan terjadi fenomena bahwa benda yang hari ini di anggap paling canggih besok lusa bisa menjadi sudah dimuseumkan karena terimbas oleh penemuan baru yang lebih canggih lagi.

Gambaran masyarakat masa depan adalah ditandai dengan terjadinya proses globalisasi yang amat cepat. Untuk melukiskan kejadian semacam itu Kenichi Ohmac menulis buku yang berjudul The Borderless World atau Dunia Tanpa Tapal Batas (Dedi supriadi, 1990 : 60).

Yang perlu diperhatikan secara serius adalah masyarakat yang membutuhkan layanan profesional dalam berbagai kehidupan. Karakteristik semacam itu diwarnai oleh dua hal yaitu: Pertama, karena perkembangan IPTEK yang semakin canggih dan daya pikir masyarakat yang semakin kritis. Kedua, karena semakin terspesialisasikannya berbagai bidang pekerjaan.

Penerapan Kode Etik Guru dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dalam pembahasan diatas, yang menyebutkan karakteristik masyarakat Indonesia dan kecenderungan dapat dijadikan kerangka berfikir dalam bahasan penerapan kode etik guru sebagaimana mestinya. Kalau guru dan tenaga kependidikan ingin exist ketika berinteraksi dengan masyarakat, maka guru harus berpegang teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditampilkan harus mencerminkan nilai-nilai luhur kode etik itu (kode etik berdasarkan AD/ART PGRI 1989) sehingga kandungannya menjelma dalam perilakunya.


I.    FUNGSI KODE ETIK KEGURUAN DALAM TUGAS DAN BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN

Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, berupa pengelompokan primer yang terdiri atas sejumlah kecil. Pendidikan keluarga bagi anak merupakan pendidikan pertama dan utama sehingga akan sangat sulit untuk dihilangkan. Pendidikan keluarga bagi perkembangan anak telah dituangkan oleh pemerintah dalam UU No. 2 tahun 1989, Pasal 10 ayat 4 yang menyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga.

Melihat pentingnya keluarga bagi perkembangan anak dan pentingnya keutuhan serta keharmonisan dalam keluarga. Sesungguhnya kode etik guru telah dijadikan pedoman perilaku bagi guru dimana dan dalam arena apapun. Jika seorang guru telah melaksanakan kode etik ketika melaksanakan pendidikan dalam keluarga, maka akan terhindari dari unsur subjektivitas.

 Di dalam keluarga, guru berperan sebagai model dengan berupaya mengejawantahkan nilai luhur kode etik perilakunya. Guru juga berperan sebagai aktor pencipta suasana demokratis, harus banyak mengajak diskusi guna mengembangkan keluarga dan menyelesaikan masalah dalam keluarga. Jadi pada dasarnya, kode etik guru dalam keluarga berperan sebagai pedoman yang mengarahkan dan membentuk anggota keluarga menjadi manusia yang seutuhnya.

Empat peran dan fungsi kode etik guru dalam keluarga antara lain:

1.   Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

2.   Menanamkan kejujuran pada anggota keluarganya.

3.   Memupuk semangat anggota kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarga.

4.   Mendorong partisipasinya anggota keluarga dalam mensukseskan jalannya pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA


Hermawan S, R. 1979. Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi Wahyu.

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: pusat Perbukuan Depdikbud dan Rineka Cipta.

http://pakgalihwordpress.com/2009/04/07/deskripsi-kode-etik-keguruan-dalam-pelaksanaan-berbagai-bidang-kehidupan/ (diakses:6  September 2010)


Kode etik profesi keguruan Kode etik profesi keguruan Reviewed by Ifta on December 07, 2015 Rating: 5

Perbedaan termometer raksa dan termometer alkohol terlengkap

December 07, 2015


Pada postingan kali ini hh akan membahas tentang perbedaan dari termometer raksa dan termometer alkohol
 
Ciri-ciri termometer raksa:
  • Raksa harganya mahal
  • Raksa berwarna mengkilap dan raksa tidak menempel di kaca/gelas sehingga termometernya mudah dibaca
  • Titik didih raksa 357'C, sehingga lebih baik digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi
  • Titik beku raksa hanya -39'C, sehingga tidak dapat mengukur suhu yang sangat rendah
  • Raksa termasuk zat berbahaya, sehingga berbahaya jika tabungnya pecah
  • Volum raksa berubah secara teratur ketika mengalami kenaikan suhu
  • Raksa dapat terpanasi secara merata sehingga dapat menunjukkan suhu secara tepat dan cepat, Sifat pemuaiannya teratur sehingga dapat menunjukkan perubahan suhu secara teratur pula

Ciri-ciri termometer alkohol:
  • Alkohol lebih peka terhadap kenaikan suhu, sehingga perubahan volumenya bisa terlihat jelas ketika memuai
  • Alkohol lebih murah harganya dibanding raksa
  • Alkohol tidak berwarna dan menempel di kaca/gelas sehingga termometernya sulit dibaca
  • Titik didih alkohol hanya 78'C, sehingga tidak dapat mengukur suhu yang sangat tinggi
  • Titik beku alkohol -112'C, sehingga cocok untuk mengukur suhu yang sangat tinggi
  • Alkohol teliti, karena untuk kenaikan suhu yang kecil, alkohol mengalami perubahan volum yg besar.
Perbedaan termometer raksa dan termometer alkohol terlengkap Perbedaan termometer raksa dan termometer alkohol terlengkap Reviewed by Ifta on December 07, 2015 Rating: 5

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terlengkap

December 07, 2015
Pada kesempatan ini hh akan membahas tentang kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran sehingga bisa dipake rujukan kita sebagai pengajar agar bisa memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan model pembelajaran tersebut.
Kelebihan&Kekurangan Model Pembelajaran e-Learning
1.    Kelebihan e-learning

Kelebihannya yaitu peserta didik dapat merasa senang dan tidak bosan dengan materi yang diajarkan karena menggunakan alat bantu seperti video, audio dan juga dapat menggunakan alat bantu seperti komputer bagi sekolah yang sudah mempunyai peralatan komputer.

2.    Kekurangan e-learning

Guru banyak yang belum siap menggunakan metode e-learning dan masih
mengajar menggunakan metode ceramah serta belum terampil menggunakan fasilitas seperti video dan komputer.



Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning

Kelebihan pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok (Cilibert-Macmilan, 1993). Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning. siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl 1994). Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa yang belajar dengan mengunakan metode pembelajaran koperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan-santun, rneningkatkan motivasi siswa memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikran orang lain (Johnson, 1993).

Stahl et.al (1994), mengemukakan bahwa melalui model cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Selanjutnya Zaltman et.al ( 1972) mengemukakan bahwa siswa yang bersama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk dikalangan siswa. ternyara sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Menurut Santos (1983) dapat memberikan berbagai pengalaman.

Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik Selanjutnya Jarolimek & Parker (1993) mengarakan kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut : 1) Saling ketergantungan yang positif; 2). Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; 3) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas; 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenanakan; 5 Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; dan 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. (2) Kekurangan Cooperative Learning.

Kekurangan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikran dan waktu;    2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai; 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasip..Faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah yaitu padamya kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu pelaksanaan tes yang terpusat seperti UN/UNAS sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan UN/UNAS.


Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Menurut Kunandar (2007:315), Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni:
  • Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
  • Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  • Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
  • Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.
  • Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama
  • Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  • Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.


 

Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:
  • Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda
  • Menerapka bimbingan sesama teman
  • Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
  • Memperbaiki kehadiran
  • Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
  • Sikap apatis berkurang
  • Pemahaman materi lebih mendalam
  • Meningkatkan motivasi belajar
Kelemahan metode kooperatif jigsaw
  • Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masingmasing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
  • Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik , sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh.
Fasilitator juga dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para pe¬serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
  • Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang ber-beda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
  • Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.

Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk ber-sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
  • Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, memberikan pe¬serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
  • Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi infor¬masi.


Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
  • Guru mudah menguasai kelas.
  • Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
  • Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
  • Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
  • Membuat siswa pasif
  • Mengandung unsur paksaan kepada siswa
  • Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
  • Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
  • Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
  • Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
  • Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
  • Mendorong siswa berpikir kritis.
  • Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
  • Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
  • Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
  • Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
  • Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
  • Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
  • Metode ini tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
  • Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
  • Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
  • Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)


Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
  • Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
  • Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
  • Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
  • Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
  • Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
  • Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
  • Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
  • Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
  • Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Metode Discovery
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu:
  • Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu
  • Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer
  • Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan,
  • Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri
  • Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus,
  • Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan
  • Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya
  • Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak

Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah:
  • Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain
  • Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu
  • Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional
  • Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan
  • dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada
  • Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti

Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
  • Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
  • Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
  • Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
  • Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
  • Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
  • Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
  • Dapat menimbulkan verbalisme.


Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
  • Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
  • Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
  • Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
  • Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
  • Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
  • Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
  • Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
  • Biayanya cukup mahal.
  • Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
  • Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
  • Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
  • Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
  • Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
  • Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
  • Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
  • Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya.
Kelebihan metode seminar
  • Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang masalah yang diseminarkan
  • Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya
  • Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah
  • Terpupuknya kerja sama antar peserta
  • Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat
Kelemahan Metode Seminar
  • Memerlukan waktu yang lama
  • Peserta menjadi kurang aktif
  • Membutuhkan penataan ruang tersendiri

Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.
Kelebihan metode kerja kelompok
  • Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
  • Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
  • Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
  • Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan berdiskusi
Kelemahan metode kerja kelompok
  • Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
  • Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
  • Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula

Metode Kerja Lapangan
Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat.
Kelebihan metode kerja lapangan
  • Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja
  • Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya
Kelemahaan metode kerja lapangan
  • Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
  • Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari sekolah shingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu
  • Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli

Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
  • Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
  • Guru menyajikan pelajaran.
  • Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  • Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  • Memberi evaluasi.
  • Penutup.
Kelebihan:
  •  Seluruh siswa menjadi lebih siap.
  •  Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
  • Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
  • Membedakan siswa.

Metode Inquiry
Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan terakhir.

Kelebihan metode inquiry
  • Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur, dan terbuka
  • Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
  • Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
  • Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru
  • Mendorong siswa untuk berffikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri
Kelemahan metode inquiry
  •  Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir memperoleh pengertian tentang konsep


Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan sebagai orang lain.

Kelebihan metode simulasi
  • Dapat menyenangkan siswa
  • Menggalak guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa
  • Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya
  • Mengurangi hal-hal yang verbalistik
  • Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
Kelemahan metode simulasi
  • Efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset
  • Terlalu mahal biayanya
  • Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan elemen-elemen penting
  • Menghendaki pengelompokan yang fleksibel
  • Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

Metode Problem Solving
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.

Kelebihan metode problem solving
  • Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
  • Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
  • Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
Kelemahan metode problem solving
  • Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
  • Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan

Metode TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangaka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
  • Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan
  • Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
  • Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa nmngerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
  • Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
  • Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament)
  • Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi
  • Suasana belajar nyaman, menyenagkan dan kondusif
  • Tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskusikecil
Kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament)
  • Tidak efisien waktu
  • Hanya dilaksanakan pada luang waktu selasai UAS
  • Belajarnya kurang efektif karena hanya bersifat games

Metode Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

Kelebihan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
  • Melatih siswa untuk berlatih menyelesaikan masalh dalam kehidupan sehari- hari
  • Merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi siswa
  • Suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal
Kekurangan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
  • Sulitnya membentuk watak siswa dan pembiasaan tingkah laku

Metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutynya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
Kelebihan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)
  • Melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisas
  • Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam
Kekurangan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)
  • Terlalu mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap wacana/ kliping.
Langkah-langkah:
  • Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.
  • Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
  • Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kertas.
  • Mempresentasikan / membacakan hasil kelompok.
  • Guru membuat kesimpulan bersama.
  • Penutup.
Kelebihan:
  • Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas.
  • Dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan:
  • Pada saat presentasi hanya siswa yang aktif yang tampil.

Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
  • Guru membagi siswa untuk berpasangan.
  • Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  • Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  • Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  • Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
  • Kesimpulan guru.
  • Penutup.
Kelebihan:
  • Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
  • Setiap siswa mendapat peran.
  • Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
  • Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
  • Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Semoga postingan ini bermanfaat amin.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terlengkap Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terlengkap Reviewed by Ifta on December 07, 2015 Rating: 5

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun Bahan Ajar

December 07, 2015
Langkah terakhir dari pengembangan materi pembelajaran adalah penyusunan bahan ajar. Karena bahan ajar akan dimanfaatkan oleh siswa maka bahan ajar perlu dikemas sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat keterbacaannya tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan bahan ajar antara lain adalah gaya penulisan, alur pikir, ilustrasi yang tepat.

Gaya penulisan buku ajar SMP harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Jika siswa tidak dapat memahami struktur kalimat buku ajar bagaimana mungkin siswa dapat memahami konsep yang dipaparkan dalam buku?. Buku ajar yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa juga tidak akan mampu memotivasi siswa untuk membacanya. Termasuk dalam gaya penulisan ini adalah penggunaan kata-kata yang jelas dan mengena, pemanfaatan analogi yang tepat dan pemilihan kata-kata sederhana yang sesuai dengan dunia anak.

Pemaparan topik demi topik harus mengikuti logika yang dapat dicerna dengan mudah oleh anak-anak. Pemaparan dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana menuju yang lebih kompleks, dari berbagai informasi aktual yang dialami dalam kehidupan sehari-hari menuju konsep atau generalisasi dan aplikasinya. Untuk itu penulis perlu membayangkan apakah pemaparan yang telah dibuat akan dapat diikuti dengan baik andai dia adalah seorang siswa SMP. Namun untuk mendapatkan sebuah buku ajar yang baik penulis perlu mencobanya pada siswa sampel dan mendapatkan komentar mereka.

Ilustrasi baik itu berupa gambar nyata (foto) maupun gambar rekaan (sketsa) sangat penting dalam sebuah buku ajar. Pertama, pada usia SMP siswa masih menyukai gambar sebagaimana mereka menyukai cerita komik. Kedua, gambar seringkali dapat membantu anak memahami sesuatu yang abstrak. Sebuah prosedur kegiatan laboratorium yang sulit dipahami kadang dapat dijelaslan dengan sebuah gambar. Ketiga, sebagian siswa mempunyai tipe belajar visual dimana mereka mudah memahami jika permasalahan ditampilkan dalam bentuk gambar.
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun Bahan Ajar Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun Bahan Ajar Reviewed by Ifta on December 07, 2015 Rating: 5

Contoh skenario pembelajaran materi listrik dinamis

December 07, 2015
1.  Kompetensi yang ingin dicapai:
Siswa dapat mendemonstrasikan pemahamannya bahwa sebuah rangkaian listrik memiliki komponen-komponen berupa sumber arus, kabel penghubung dan piranti listrik lain misalnya lampu, motor  atau pemanas. Rangkaian listrik dapat terjadi jika beberapa komponen di atas dalam keadaan terhubung.

2. Tahap pendahuluan.
Pada tahap ini guru berusaha untuk membuat pertanyaan-pertanyaan efektif dengan maksud agar siswa termotivasi untuk mempelajari sub pokok bahasan rangkaian sederhana dan siswa menggali pengalaman-pengalamannya untuk membangun konsep rangkaian listrik sederhana. Guru memulai dengan menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari dan beberapa manfaat praktis yang akan didapatkan.Selanjutnya pertanyaan efektif yang dapat dikemukaan oleh guru misalnya adalah mengenai lampu senter mengingat lampu senter merupakan perangkat yang banyak dimiliki oleh siswa. Pertanyaan guru adalah sebagai berikut.
“ Anak-anak, tentunya di rumah  kalian pernah memiliki atau mempergunakan lampu senter, nah jika lampu sentermu ternyata tidak menghasilkan cahaya hal-hal apakah yang mungkin terjadi pada lampu senter tersebut?
Jawaban-jawaban siswa yang dapat diperkirakan muncul antara lain adalah:
“ Batereinya habis “
“ Lampunya putus “
“ Senternya rusak”
Selain beberapa jawaban di atas mungkin akan muncul beberapa jawaban lain yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Berdasarkan beberapa hasil pengamatan, siswa umumnya dengan antusias menjawab pertanyaan guru. Hal ini karena jawaban terkait erat dengan  pengalaman mereka sehari-hari. Awalan pembelajaran semacam ini juga menghilangkan kesan bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit.
Guru hendaknya mencatat semua jawaban yang diutarakan oleh siswa baik jawaban yang “benar” maupun jawaban yang “salah”. Guru hendaknya juga memberikan respek positif bagi siswa yang berusaha untuk menjawab.
Akhirnya guru mengakhiri tahap pendahuluan dengan menjelaskan tahap berikutnya (Proses Sains).
“ Baiklah anak-anak, untuk membuktikan kebenaran jawaban-jawaban kalian di atas marilah kita lakukan percobaan. Kelas dibagi menjadi menjadi kelompok dan usahakan dalam waktu 30 menit kalian dapat membuktikan sebanyak mungkin jawaban yang kalian utarakan”

3.  Tahap Eksplorasi
Tahap proses sains adalah tahap pembelajaran di mana siswa ditantang untuk membuktikan “pengalaman-pengalaman” mereka sendiri dengan mempergunakan benda-benda kongkrit. Pada tahap ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan masing-masing kelompok diberikan beberapa piranti percobaan. Alternatif piranti percobaan antara lain adalah:

Beberapa buah baterei bagus
Beberapa buah baterei rusak
Bola lampu yang masih baik
Bola lampu yang rusak
Beberapa kabel penghantar dengan ujung mulut buaya
Saklar pencet
Multimeter.

Jika memungkinkan dapat pula disediakan motor listrik, nikelin sebagai pemanas dan sebagainya.
Pada tahap ini siswa di berikan waktu untuk melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil pengamatan mereka. Siswa dapat melakukannya dengan bebas sesuai dengan kesukaannya. Pada tahap ini guru dapat memberikan pengarahan jika diminta oleh siswa, namun sebaiknya siswa berkreasi sendiri (Guru harus memiliki persiapan yang matang terhadap semua kemungkinan percobaan yang dapat terjadi).
Setelah siswa menyelesaikan kegiatannya guru dapat meminta seluruh siswa untuk melaporkan hasil pengamatannya dan membuat kesimpulan sementara tentang syarat-syarat agar dapat terjadi aliran listrik pada sebuah rangkaian yang ditandai dengan bekerjanya beban seperti menyalanya lampu atau berputarnya motor. Tugas pribadi ini dimaksudkan agar proses sains tidak hanya terjadi pada beberapa orang tertentu saja.

4. Tahap KonsolidasiPada tahap ini guru dapat langsung mengajak siswa untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan kesimpulan yang dihasilkan. Cara lain adalah guru dapat mengarahkan agar siswa melakukan diskusi kelompok untuk menghasilkan kesepakatan hasil pengamatan dan kesimpulan kelompok. Hasil kelompok inilah yang akan di floorkan di kelas. Pada tahap ini guru harus memperhatikan hasil kegiatan seluruh kelompok. Beberapa kelompok terkadang melakukan kegiatan yang menghasilkan biasan terhadap konsep yang benar. Karena itu sebaiknya set percobaan tidak di bongkar terlebih dahulu sebelum diambil kesimpulan secara besama-sama. Jika sebuah kelompok menghasilkan kesimpulan yang bias guru dapat mencermati kembali kegiatan siswa.

5. Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konseptual untuk menguji apakah siswa telah benar-benar memahami konsep dasar yang diinginkan. Pada bagian ini guru juga dapat menambal sulam proses sains yang lepas dari pengamatan siswa. Misalnya guru dapat menanyakan:
“ Apa yang terjadi jika pada rangkaian listrik sederhana yang tersusun dari baterei, lampu dan kabel polaritas baterei di balik?”
“ Apa yang terjadi jika pada sebuah rangkaian listrik sederhana terdapat dua buah baterei yang saling berlawanan arahnya?”
“Apa yang terjadi jika antara ujung-jung bola lampu dipasang sebuah kabel?”.
Contoh skenario pembelajaran materi listrik dinamis Contoh skenario pembelajaran materi listrik dinamis Reviewed by Ifta on December 07, 2015 Rating: 5

Mengembangkan Konsep Esensial Menjadi Skenario Pembelajaran

December 07, 2015
Setelah konsep-konsep esensial dipilih langkah berikutnya adalah pengembangan silabus. Namun karena silabus dikembangkan dalam materi tersendiri maka dalam bahan pelatihan ini tidak dibahas. Silabus inilah yang nantinya dikembangkan menjadi bahan pembelajaran yang salah satu luarannya berupa pengembangkan skenario pembelajaran.

Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk mengembangkan silabus menjadi skenario pembelajaran adalah mengumpulkan bahan-bahan acuan. Bahan acuan bisa berupa berbagai buku teks tentang sains, buku eksperimen atau kumpulan aktivitas siswa, ensiklopedi, multimedia  dan bahan penunjang seperti majalah, koran atau hasil penelusuran di internet. Masing-masing bahan acuan akan saling melengkapi sehingga skenario menjadi lebih baik.

Buku teks tentang sains diperlukan karena didalamnya terdapat ulasan yang mendetail tentang materi pokok yang akan dibahas. Pilihlah buku teks terbaru karena buku-buku baru memuat informasi-informasi yang up to date. Jika mungkin disediakan beberapa buku teks karena masing-masing buku biasanya memiliki kelebihan tersendiri. Jika tersedia beberapa buku dapat dijadikan perbandingan supaya konsep-konsep yang dikembangkan dalam materi pelajaran diyakini kebenarannya.

Buku eksperimen adalah buku yang berisi berbagai aktivitas atau percobaan laboratorium yang dapat dilakukan oleh siswa. Kegiatan laboratorium dapat secara langsung digunakan jika tersedia bahan-bahan yang dibutuhkan. Kegiatan laboratorium dapat pula dimodifikasi dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Jika perlu kegiatan laboratorium dapat pula dicari di internet.
Ensiklopedi, multimedia, majalah dan koran diperlukan karena didalamnya dapat ditemukan fakta-fakta dan aplikasi konsep yang sangat berguna untuk menyusun materi pembelajaran. Dalam ensiklopedi biasanya fakta, konsep dan generalisasi dituliskan secara populer dan dipergunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena alam sehingga sangat berguna untuk memperkaya materi pembelajaran.

Setelah bahan-bahan referensi terkumpulkan skenario pembelajaran dapat mulai disusun. Pada dasarnya bagian dari skenario pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari pendahuluan, eksplorasi, Konsolidasi, aplikasi dan evaluasi. Langkah-langkah skenario pembelajaran dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini.

Bagian pendahuluan fungsinya adalah untuk menggali pengalaman-pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari (fakta-fakta) yang terkait dengan konsep atau generalisasi yang akan dijelaskan. Untuk menggali informasi faktual ini dapat diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya untuk membangun konsep gaya kepada siswa dapat ditanyakan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan sebuah benda bergerak. Bagian pendahuluan diharapkan dapat mengarahkan siswa pada tema aktivitas laboratorium untuk memjawab berbagai pertanyaan yang terkait dengan konsep yang akan dibangun.

Bagian eksplorasi adalah bagian dari pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi melalui serangkaian proses ilmiah berupa eksperimen atau kegiatan laboratorium. Pada bagian ini siswa diharapkan melakukan berbagai ketrampilan proses sains. Sedangkan bagian konsolidasi adalah bagian pembelajaran yang memberikan waktu kepada siswa untuk membangun konsep melalui kegiatan diskusi tentang hasil-hasil eksperimennya. Guru berperan untuk mengarahkan agar diskusi berhasil membangun konsep yang diinginkan.

Bagian berikutnya adalah aplikasi konsep atau generalisasi yang telah dikembangkan. Pada bagian ini dapat didiskusikan berbagai fenomena alam sehari-hari dengan memanfaatkan konsep atau generalisasi yang telah dikembangkan. Perhitungan matematis mungkin menjadi bagian dari aplikasi ini namun perlu diingat bahwa jangan sampai siswa terjebak dalam masalah matematis saja. Matematika dan kalkulator dalam hal ini hanya berfungsi sebagai alat saja. Pada bagian aplikasi perlu pula ditekankan prediksi tentang hal-hal yang mungkin terjadi jika informasi-informasi awal telah diketahui. Penjelasan tentang fenomena alam atau prediksi juga dapat dipertanyakan kepada siswa untuk mengevaluasi sejauhmana konsep atau generalisasi telah dipahami.

Terkait dengan kompetensi lintas kurikulum setiap konsep dan generalisai yang dikembangkan seyogyanya dikaitkan dengan Kebesaran Tuhan, lingkungan serta kultur masyarakat. Sebagai contoh ketika membahas topik kecepatan siswa dapat diajak berdiskusi/memikirkan apakah perlu jalan bebas hambatan diberi batasan kecepatan maksimal, bagaimana pendapat mereka tentang pelanggaran terhadap batas kecepatan, apakah memakai sabuk pengaman sebaiknya diwajibkan atau tidak dan sebagainya.
Mengembangkan Konsep Esensial Menjadi Skenario Pembelajaran Mengembangkan Konsep Esensial Menjadi Skenario Pembelajaran Reviewed by Ifta on December 07, 2015 Rating: 5
Powered by Blogger.